Siang Terus Malam Terus
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam
itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang
akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak
mendengar?" Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan
untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan
selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu
beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"” [Al
Qashash 28:71-72]
Dalam Al Quran, pergantian malam dan siang disebut sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah (Q.S Ali Imran 3:190). Saat peralihan dari malam ke siang dan sebaliknya, sengaja di tetapkan Allah menjadi waktu shalat, Maghrib dan Subuh. Seharusnya isyarat ini menggugah manusia untuk meneliti apa keistimewaan saat-saat tersebut. Yang tampak jelas yaitu terjadinya perubahan dari terang ke gelap dan sebaliknya. Juga terjadi perubahan temperatur secara signifikan dalam waktu yang relatif cepat. Pendinginan atau pemanasan yang berlangsung di setiap tempat di muka bumi ini seharusnya bisa dikonversi menjadi energi yang tidak ada habisnya, sehari dua kali, gratis. Sungguh Maha Pemurah Allah yang telah menyediakan sumber energi melimpah bagi manusia. Anehnya dalam surat Al Qashash 28:71-72, Allah swt menggugah kemapanan siklus rutin siang dan malam tadi. Dia mengajak kita berpikir alternatif, yakni mengenai fenomena malam terus-menerus dan siang terus-menerus.
Tafsir klasik seperti Al Jami’ul Bayan karya Imam At-Thabary dan Al Jami’ul Ahkan karya Imam Al-Qurthuby mengulas bahwa ayat tadi merupakan ajakan berpikir kepada orang-orang yang musyrik. Tujuannya agar mereka menyadari kekuasaan Allah yang memberi mereka terangnya siang untuk bekerja dan gelapnya malam untuk istirahat. Tafsir seperti itu mestinya masih bisa dikembangkan. Sebab ayat tadi rasanya tidak hanya ditujukan kepada orang musyrik saja. Kepada orang beriman, ayat tadi juga mengisyaratkan tentang gejala atau tempat terjadi malam terus menerus atau siang terus menerus. Dahulu hal itu memang belum diketahui oleh manusia. Tetapi kini terbukti bahwa di Kutub Utara dan
Dalam Al Quran, pergantian malam dan siang disebut sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah (Q.S Ali Imran 3:190). Saat peralihan dari malam ke siang dan sebaliknya, sengaja di tetapkan Allah menjadi waktu shalat, Maghrib dan Subuh. Seharusnya isyarat ini menggugah manusia untuk meneliti apa keistimewaan saat-saat tersebut. Yang tampak jelas yaitu terjadinya perubahan dari terang ke gelap dan sebaliknya. Juga terjadi perubahan temperatur secara signifikan dalam waktu yang relatif cepat. Pendinginan atau pemanasan yang berlangsung di setiap tempat di muka bumi ini seharusnya bisa dikonversi menjadi energi yang tidak ada habisnya, sehari dua kali, gratis. Sungguh Maha Pemurah Allah yang telah menyediakan sumber energi melimpah bagi manusia. Anehnya dalam surat Al Qashash 28:71-72, Allah swt menggugah kemapanan siklus rutin siang dan malam tadi. Dia mengajak kita berpikir alternatif, yakni mengenai fenomena malam terus-menerus dan siang terus-menerus.
Tafsir klasik seperti Al Jami’ul Bayan karya Imam At-Thabary dan Al Jami’ul Ahkan karya Imam Al-Qurthuby mengulas bahwa ayat tadi merupakan ajakan berpikir kepada orang-orang yang musyrik. Tujuannya agar mereka menyadari kekuasaan Allah yang memberi mereka terangnya siang untuk bekerja dan gelapnya malam untuk istirahat. Tafsir seperti itu mestinya masih bisa dikembangkan. Sebab ayat tadi rasanya tidak hanya ditujukan kepada orang musyrik saja. Kepada orang beriman, ayat tadi juga mengisyaratkan tentang gejala atau tempat terjadi malam terus menerus atau siang terus menerus. Dahulu hal itu memang belum diketahui oleh manusia. Tetapi kini terbukti bahwa di Kutub Utara dan
Kutub Selatan ada tempat dimana malam
dan siangnya berlangsung selama berbulan-bulan. Kemudian bila kelak
manusia berhasil terbang ke planet Venus, dia akan mengalami fenomena
ganjil; satu tahun di sana sama dengan 224 hari bumi, dan matahari
terbit setiap 118 hari sekali, artinya dua kali setahun. Lantas di
planet Merkurius, yang terdekat ke matahari, satu tahun disana hanya 88
hari bumi, dan matahari terbit setiap 170 hari, artinya hanya dua tahun
sekali. Atau di planet terjauh, Pluto (menurut kesepakatan para ilmuwan
antariksa baru-baru ini, pluto dianggap bukan sebuah planet), matahari
tampak kecil sehingga malam dan siang hampir sama saja.
Jadi malam dan siang yang sangat panjang memang sudah terjadi. Bukan mustahil nantinya akan ditemukan benda angkasa lain yang mengitari matahari dengan cara seperti bulan mengitari bumi, yakni satu sisinya selalu menghadap ke matahari sedang sisi lainnya senantiasa membelakangi. Yang terjadi di satu sisi malam terus dan sisi lainnya siang terus. Subhanallah.
Bagaimana halnya di bumi ? Dalam buku ‘Ensyclopedia of the Future” diproyeksikan bahwa pada tahun 2017 teknologi pembuatan satelit solar reflektor akan disempurnakan. Satelit tadi akan ditempatkan pada orbit stasioner. Panel-panel besar yang dirakit di satelit itu akan memantulkan sinar matahari ke wilayah gelap di bumi. Persis seperti fungsi bulan purnama. Di tahun-tahun berikutnya, jumlah satelit solar reflektor akan semakin banyak, sheingga tidak ada lagi blank spot, dan setiap titik di seluruh permukaan bumi bisa disinari oleh cahaya pantulan matahari. Maka siang hari akan terjadi terus menerus selama 24 jam sehari. Tidak ada lagi malam gelap. Kegiatan yang memerlukan kegelapan malam harus dilakukan dalam ruangan kedap cahaya, atau di gua-gua dan bunker bawah tanah. Kalau dulu penerangan listrik harus dibayar, kelak sebaliknya kalau ingin gelap harus bayar. Tradisi dikotomis siang-terang-kerja dan malam-gelap-istirahat mungkin tidak berlaku lagi. Siang bisa terang bisa gelap, bisa kerja bisa istirahat. Malam bisa gelap bisa terang, bisa istirahat bisa kerja. Bergantung pada pilihan individu. Wallahu a’lam.
Jadi malam dan siang yang sangat panjang memang sudah terjadi. Bukan mustahil nantinya akan ditemukan benda angkasa lain yang mengitari matahari dengan cara seperti bulan mengitari bumi, yakni satu sisinya selalu menghadap ke matahari sedang sisi lainnya senantiasa membelakangi. Yang terjadi di satu sisi malam terus dan sisi lainnya siang terus. Subhanallah.
Bagaimana halnya di bumi ? Dalam buku ‘Ensyclopedia of the Future” diproyeksikan bahwa pada tahun 2017 teknologi pembuatan satelit solar reflektor akan disempurnakan. Satelit tadi akan ditempatkan pada orbit stasioner. Panel-panel besar yang dirakit di satelit itu akan memantulkan sinar matahari ke wilayah gelap di bumi. Persis seperti fungsi bulan purnama. Di tahun-tahun berikutnya, jumlah satelit solar reflektor akan semakin banyak, sheingga tidak ada lagi blank spot, dan setiap titik di seluruh permukaan bumi bisa disinari oleh cahaya pantulan matahari. Maka siang hari akan terjadi terus menerus selama 24 jam sehari. Tidak ada lagi malam gelap. Kegiatan yang memerlukan kegelapan malam harus dilakukan dalam ruangan kedap cahaya, atau di gua-gua dan bunker bawah tanah. Kalau dulu penerangan listrik harus dibayar, kelak sebaliknya kalau ingin gelap harus bayar. Tradisi dikotomis siang-terang-kerja dan malam-gelap-istirahat mungkin tidak berlaku lagi. Siang bisa terang bisa gelap, bisa kerja bisa istirahat. Malam bisa gelap bisa terang, bisa istirahat bisa kerja. Bergantung pada pilihan individu. Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment